Jojo lolos ke perempat final Indonesia Open 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia — Jonatan ‘Jojo’ Christie lolos ke perempat final Indonesia Open 2019 usai mengalahkan wakil Denmark Hans Kristian Vittinghus di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (18/7) siang WIB.
Jojo menjadi pebulutangkis tunggal putra terakhir yang diharapkan publik tuan rumah setelah Anthony Sinisuka Ginting kalah dalam babak 16 besar dari Kantaphon Wangcharoen, Kamis (18/7) siang.
Menghadapi pebulutangkis veteran asal Denmark, Jonatan tampil cukup apik. Atlet badminton tunggal putra terbaik Indonesia itu selalu unggul dalam pengumpulan poin. Kendati Vittinghus selalu berupaya mendekat, Jonatan selalu mampu menjauhkan diri dari kejaran lawan. Keunggulan 11-8 pada interval gim pertama tak mampu dijaga Jonatan. Vittinghus yang tampil agresif kemudian mampu meraih empat poin secara beruntun dan membalikkan keadaan.
Pebulutangkis peringkat 26 dunia itu bahkan membukukan keunggulan dua poin yang membuat Jonatan tertinggal 11-13. Namun Jonatan lekas menyudahi perolehan poin Vittinghus dan berganti mengambil alih posisi pemimpin perolehan poin.
Jonatan kemudian memimpin 16-13 berkat kemampuan menempatkan kok secara akurat dan kesalahan Vittinghus dalam mengembalikan kok.
Jarak antara Jojo dan Vittinghus sempat melebar. Permainan ofensif membuat Jojo sempat unggul 20-14. Vittinghus sempat meraih lima poin beruntun. Bahkan skor menjadi imbang 20-20 dan memaksa laga harus diakhiri dengan deuce. Jojo tidak menyia-nyiakan kesempatan dan menuntaskan gim pertama dengan skor 22-20.
Pada gim kedua Jojo kembali meraih poin demi poin untuk menjauh dari Vittinghus. Tidak tanggung-tanggung, juara Australia Open 2019 itu unggul 11-0.
Poin pertama Vittinghus baru didapat setelah interval melalui kesalahan Jojo. Setelah itu Vittinghus menambah poin secara perlahan. Jojo berupaya tidak lengah dan tetap mempertahankan keunggulan dengan jarak yang jauh.
Vittinghus sempat mencapai angka double digit, amun Jojo berhasil menyudahi kebangkitan tunggal putra asal Denmark itu.
Skor 21-13 menuntaskan pertandingan antara Jojo dan Vittinghus. Pada babak perempat final, Jojo akan bertemu dengan Chou Tien Chen yang mengalahkan Lin Dan. (nva/har)
Bek Liverpool Dejan Lovren beri dukungan kepada Marko Simic dan Persija. (Reuters/Lee Smith)
Jakarta, CNN Indonesia — Bek Liverpool Dejan Lovren kembali menunjukkan kedekatannya dengan striker Persija Jakarta, Marko Simic. Itu dibuktikan dengan video dukungan kepada Simic yang akan tampil di final Piala Indonesia.
Persija bakal menghadapi PSM Makassar pada leg pertama final Piala Indonesia yang rencananya akan dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (21/7).
Sebagai sahabat karib, Lovren memang kerap mengomentari akun Instagram Simic. Baru-baru ini ia memberikan dukungan kepada Simic lewat video yang diunggah Simic dan akun Instagram resmi Persija.
“Halo teman-teman. Saya hanya ingin mendoakan tim Pesija pada laga final Minggu mendatang, semoga meraih hasil terbaik dan saya yakin anda bisa menjadi juara,” kata Lovren.
“Terutama untuk saudara saya Marko [Simic], saya tahu Anda bisa melakukannya, tetap kuat, dan lakukan yang terbaik,” sambungnya.
Lovren dan Simic pernah bekerja sama di timnas Kroasia U-21. Lovren yang memiliki karier lebih bagus tak pernah melupakan sahabatnya Simic.
Keakrabannya keduanya sering kali terlihat di Instagram. Tak jarang Lovren membubuhkan komentar di akun Instagram Simic.
Tak hanya Lovren, bintang Inter Milan Ivan Perisic pun pernah menyapa Simic di Instagram. Meski punya karier yang lebih bagus, kedua pilar timnas Kroasia itu tetap menjalin persahabatan dengan Simic.
Popularitas Simic kian menanjak setelah gabung Persija pada 2018 lalu. Pengikut “Super Simic” di Instagram pun melonjak drastis sehingga akunnya mendapat verifikasi. (jun/nva)
Laga wakil Indonesia melawan pebulutangkis luar negeri selalu mendapat perhatian lebih dari penonton tuan rumah Indonesia Open. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia — Sejumlah atlet asing Indonesia Open 2019 senang dengan sorakan ‘Eea-Huu’ khas suporter Indonesia yang berkumandang dari tribune.
Teriakan ‘Eea-Huu’ menjadi sebuah ciri khas dalam pertandingan badminton yang berlangsung di Indonesia, termasuk Indonesia Open. ‘Eea’ dipekikan untuk pemain Indonesia yang akan memukul bola, sedangkan ‘Huu’ diperuntukkan bagi lawan yang berasal dari luar negeri.
Namun dalam beberapa kesempatan, seruan ‘Eea’ juga kadang diberikan suporter Indonesia kepada atlet asing. Misalnya ketika tidak ada atlet Indonesia yang bertanding di lapangan.
Dukungan itu dirasakan tunggal putri India Pusarla Venkata Sindhu ketika bertanding lawan pebulutangkis Denmark, Mia Blichfeldt, dalam babak kedua Indonesia Open. Kendati bukan sebagai atlet tuan rumah, Sindhu merasa ada sebagian orang Indonesia yang ‘menyamar’ sebagai suporter India.
Berkat dukungan tersebut, Sindhu melewati adangan Blichfeldt pada babak 16 besar dengan skor 21-14, 17-21, dan 21-11 dalam permainan berdurasi satu jam dua menit.
“Suporter di sini fantastis, Anda sampai kesulitan untuk mendengar apa yang pelatih katakan. Tapi saya pikir itu atmosfer yang baik, saya sangat suka bermain dengan suporter yang banyak seperti di Indonesia,” kata Sindhu kepada CNNIndonesia.com.
“Saya memandang kebisingan yang dihasilkan ini dengan positif ya, karena itulah energi yang mereka keluarkan. Anda harus menyesuaikan diri. tapi di sisi lain harus tetap fokus,” katanya menambahkan.
Berbeda dengan Sindhu, ganda putra Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe harus rela mendapat banyak sorakan ‘Huu’ dari suporter Indonesia. Pasalnya, Endo/Watanabe berhadapan dengan pasangan tuan rumah, Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso.
Meski begitu, Endo/Watanabe berhasil keluar dari tekanan dan mengalahkan Wahyu/Ade dengan skor 21-17, 16-21, dan 21-17 dalam satu jam 24 menit pada babak 16 besar.
“Sebenarnya kalau untuk suporter, di negara manapun sama saja kalau lawannya tuan rumah. Kebetulan hari ini lawan tuan rumah, jadi suporter memihak tuan rumah. Tapi ini tidak jadi tekanan buat saya, justru menambah semangat saja,” ucap Endo.
“Saya suka suasana yang heboh dalam bertanding, jadi itu bukan masalah,” tambah Watanabe.
Senada dengan Endo/Watanabe, ganda putri China Chen Qingchen/Jia Yifan pun berhasil mengalahkan pasangan Indonesia, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta di bawah tekanan suporter tuan rumah.
Chen/Jia menang dengan skor 21-15 dan 21-14 selama 39 menit.
“Kami merasa lebih nyaman bermain dengan penonton yang banyak, itu membuat kami semakin bertenaga lagi kalau melakukan pukulan smash,” ujar Chen. (nva/ptr)
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon jadi salah satu dari lima wakil Indonesia di perempat final. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia — Indonesia meloloskan lima wakil ke babak perempat final Indonesia Open 2019 yang digelar di Istora Senayan, Jumat (19/7).
Tiga dari lima wakil itu diisi dari nomor ganda campuran. Sisanya masing-masing satu dari ganda putra dan ganda campuran.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjadi ganda putra pertama Indonesia yang melaju ke babak perempat final Indonesia Open 2019.
Ahsan/Hendra ke perempat final usai mengalahkan wakil Jerman, Mark Lamsfuss/Marvin Seidel, 21-16, 21-17. Di perempat final Ahsan/Hendra akan melawan unggulan kelima asal Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe.
Kesuksesan Ahsan/Hendra diikuti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang menjadi salah satu dari tiga wakil ganda putra Indonesia di babak berikutnya.
Di babak kedua Kevin/Marcus mengalahkan ganda asal India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Chandrashekhar Shetty, 21-15, 21-14. Kevin/Marcus akan menghadapi wakil China Ou Xuanyi/Zhang Nan di perempat final.
Sementara itu, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menjadi wakil ganda putra lainnya di babak delapan besar.
Fajar/Rian yang mengalahkan Liao Min-chun/Su Ching-heng dari Taiwan 21-12, 21-11 akan melawan ganda Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.
Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia di tunggal putra di perempat final Indonesia Open 2019.
Sebelum menghadapi unggulan keempat, Chou Tien-chen di babak berikutnya, Jonatan lebih dahulu mengalahkan Hans-Kristian Vittinghus dari Denmark lewat permainan ketat di babak kedua, 22-20, 21-13.
Selain Jonatan, ganda campuran Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow juga akan jadi tumpuan pecinta badminton Indonesia di perempat final.
Tontowi/Winny mengalahkan Nipitphon Phuangphuapet/Savitree Amitrapai 21-14, 21-18 di babak kedua sebelum melawan unggulan kelima, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Indonesia tanpa wakil di tunggal putri dan ganda putri. Ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang jadi unggulan kelima di turnamen ini tumbang dari ganda non-unggulan asal Korea Selatan, Kim So-yeong/Kong Hee-young, 20-22, 21-18, 13-21.
“Terpukul sekali dengan kekalahan ini, kami kurang pintar menjaga poin, karena mereka unggul kami jadi terlihat tertekan. Mereka dari sisi mental lebih dapat daripada kami. Itu sih alasan kami kalah di set ketiga,” ujar Greysia.
Sedangkan Apriyani berkomentar, ia dan Greysia kesulitan membalikkan kedudukan saat So-yeong/Hee-young dalam posisi unggul di set ketiga. Greysia/Apriyani juga kebingungan untuk membalikkan kedudukan. (map/jun)
Kevin/Marcus bakal menghadapi Ou Xuanyi/Zhang Nan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia — Perempat final Indonesia Open 2019 akan berlangsung hari Jumat (19/7). Berikut prediksi wakil-wakil Indonesia di turnamen tersebut.
Indonesia menyisakan lima wakil di babak perempat final, yaitu Jonatan Christie (tunggal putra), Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), dan Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow (ganda campuran).
Sementara itu Indonesia sudah tidak bisa berharap meraih gelar di nomor tunggal putri dan ganda putri lantaran tak ada lagi wakil yang tersisa.
Berikut prediksi lima wakil Indonesia di babak perempat final:
1. Jonatan Christie vs Chou Tien Chen
Jonatan Christie lawan Chou Tien Chen bakal jadi salah satu duel panas di babak perempat final Indonesia Open. Kedua pebulutangkis adalah unggulan yang tersisa di nomor tunggal putra. Enam pebulutangkis lainnya di babak perempat final berstatus non unggulan.
Dari rekor head to head, Jonatan unggul 6-1. Namun Chou Tien Chen tetap tak bisa dipandang remeh. Bila Jonatan telat panas, momen seperti Piala Sudirman 2019 bisa terulang. Saat itu Jonatan telat panas dan akhirnya kalah telak.
Melihat permainan Jonatan pada dua babak awal, Jonatan mampu bermain dengan baik dan bakal punya peluang bagus untuk menang di laga ini.
2. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon vs Ou Xuanyi/Zhang Nan
Kevin/Marcus bakal berhadapan dengan Ou Xuanyi/Zhang Nan di babak delapan besar Indonesia Open. Dua ganda ini belum pernah berjumpa lantaran Ou Xuanyi/Zhang Nan adalah ganda racikan baru dari China.
Kevin/Marcus sendiri harus mewaspadai sosok Zhang Nan karena ia adalah salah satu pemain dengan jam terbang tinggi. Zhang Nan juga sempat menjegal Kevin/Marcus di All England 2019 saat ia berpasangan dengan Liu Cheng,
Di atas kertas, Kevin/Marcus bisa mengamankan laga ini dengan memanfaatkan formasi lawan yang belum terlalu padu.
3. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan vs Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe
Duel Ahsan/Hendra lawan Endo/Watanabe jadi salah satu duel yang menentukan ambisi Indonesia menguasai nomor ganda putra di ajang Indonesia Open.
Pelatih ganda putra, Herry Iman Pierngadi pastinya berharap tiga wakil di babak semifinal. Bila membandingkan dengan dua duel lainnya, lawan Ahsan/Hendra adalah lawan yang paling berat di atas kertas karena Endo/Watanabe adalah unggulan kelima di turnamen ini.
Ahsan/Hendra yang merupakan unggulan keempat sendiri berhasil mengatasi tekanan yang mereka alami di dua laga sebelumnya dengan hasil baik.
Rekor head to head yang lebih bagus bisa jadi modal untuk menambah kepercayaan diri Ahsan/Hendra yang memang kembali ke level terbaik pada seri turnamen BWF tahun ini.
4. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs Takuro Hoki/Yugo Kobayashi
Duel Fajar/Rian lawan Hoki/Kobayashi adalah duel pembuktian bagi Fajar/Rian bahwa mereka sudah layak berada di papan atas dunia.
Melihat perjalanan Fajar/Rian, ganda unggulan keenam ini menunjukkan grafik penampilan yang meningkat bila dibandingkan dengan babak sebelumnya.
Namun Hoki/Kobayashi jelas tak bisa diremehkan begitu saja. Mereka mampu menaklukkan unggulan kedua, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.
Kekalahan Kamura/Sonoda ini sendiri merupakan kabar baik bagi Fajar/Rian karena kini mereka bisa punya peluang lebih bagus untuk lolos ke semifinal.
Fajar/Rian harus memanfaatkan momentum ini untuk melenggang ke babak empat besar sekaligus memelihara peluang juara.
5. Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow vs Chan Peng Soon/Goh Liu Ying
Tontowi/Winny adalah satu-satunya wakil Indonesia non unggulan yang mampu lolos ke babak perempat final Indonesia Open. Di babak delapan besar, Tontowi/Winny akan diadang oleh unggulan kelima asal Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Meski dari segi peringkat, Tontowi/Winny kalah jauh, namun mereka sukses memenangkan pertemuan perdana lawan Chan/Goh di All England tahun ini.
Tak hanya itu, Tontowi juga hafal kelemahan Chan/Goh lantaran ia memenangkan 11 dari 12 duel lawan duet Malaysia tersebut saat masih berpasangan dengan Liliyana.
Hal itu yang bisa jadi modal bagi Tontowi/Winny untuk berharap kejutan mereka bisa berlanjut di Indonesia Open tahun ini.
Liliyana Natsir puji militansi suporter badminton Indonesia. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia — Mantan atlet badminton nasional, Liliyana Natsir, menjalani pengalaman baru sebagai penonton. Menurutnya, jadi suporter lebih lelah dari pemain di lapangan.
Wanita yang akrab disapa Butet itu memutuskan pensiun usai hampir 24 tahun berkiprah di dunia badminton. Gelaran Indonesia Masters 2019 jadi turnamen terakhir yang diikutinya sebagai pemain.
Setelah pensiun pada 27 Januari lalu, Butet mengaku lebih senang mengurus bisnis sambil menjalani pekerjaan barunya sebagai penasihat teknik di PB Djarum, klub yang membesarkan namanya.
Indonesia Open 2019 adalah pengalaman pertamanya hadir sebagai penonton, bukan sebagai atlet yang bertarung di Istora.
“Sejujurnya lebih enak main, jadi penonton tegang, lelah, dan pegal. Saya salut luar biasa buat suporter yang mendukung dari pagi sampai malam,” kata Butet.
“Kalau jadi penonton duduk saja tapi olahraga jantung, apalagi teriak-teriak dari awal sampai akhir. Kalau sebagai pemain tegang, tapi kita cuma fokus ke pertandingan saja,” sambungnya.
Butet juga memuji perjuangan suporter badminton yang rela antre beli tiket sejak pagi dan memberi dukungan hingga malam.
“Saya baru beberapa jam saja [jadi penonton] pegal, tegang dan selalu ingin Indonesia menang. Ini suporter antre tiket dari pagi, lanjut nonton sampai malam. Sekarang beda, biasanya memikirkan persiapan, sekarang jadi penonton ternyata lelah juga ya,” imbuhnya.
Meski mengaku sudah move on dari bulutangkis, Butet belum bisa menghapus rindu terhadap atmosfer pertandingan di Istora Senayan. Situasi yang hampir dialami seluruh mantan atlet badminton.
“Tadi sempat bicara dengan Cik Susy [Susanti], bilang kangen enggak mau main? Dia juga bilang sampai sekarang juga belum kangen [main bulutangkis]. Kangen sama Istoranya, suasananya, suporternya. Pas lihat ada yang masuk lapangan dalam hati ‘harusnya gue nih’,” ujarnya sambil tertawa.
Di sisi lain, Butet mengaku lupa untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada mantan pasangannya, Tontowi yang telat berulang tahun ke-32, Kamis (18/7) ini. Butet juga tidak mempersiapkan kado apa pun buat Tontowi.
Lanjut Butet, seharusnya bukan ia yang memberikan kado buat Tontowi. Ia justru berharap Tontowi bisa memberikan kado spesial berupa gelar juara bersama Winny Oktavina Kandow di Indonesia Open 2019.
“Tadi berpapasan saya ucapkan selamat karena menang. Terus dia [Tontowi] bilang, ‘Cik apa kek, ‘cipika’ ‘cipiki’ kek, gitu doang’. Mungkin maksudnya dia ulang tahun, [minta] diberi selamat gitu. Saya lupa juga.”
“Harusnya dia yang kasih kado ke saya, dia juara di sini [Indonesia Open 2019]. Saya kan sudah pensiun tapi dia masih dapet hadiah dari kejuaraan. Harusnya dia [yang kasih kado], terbalik. Apalagi hadiahnya di sini semakin besar,” tutupnya. (TTF/jun)
Jonatan Christie menempati peringkat tujuh dunia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp)
Jakarta, CNN Indonesia — Jonatan Christie tak ingin merasa terbebani lantaran menjadi pebulutangkis tuan rumah terakhir di sektor tunggal putra Indonesia Open 2019 dan ingin menikmati pertandingan perempat final.
Jojo sukses mengalahkan tunggal putra Denmark, Hans-Kristian Solberg Vittinghus. Ia menang dengan skor 22-20 dan 21-13.
Sementara kompatriot Jojo, termasuk Anthony Sinisuka Ginting, tumbang. Dengan demikian pada babak perempat final, Jojo akan menjadi tunggal putra terakhir Indonesia. “Seharusnya Ginting bisa [menang], tapi mungkin kurang beruntung. Yang penting, jangan jadikan satu-satunya perwakilan tunggal putra di Indonesia Open itu beban. Namun, lebih ke cara menikmati pertandingan berikutnya,” ucap dia.
Ketika mengalahkan Vittinghus, Jojo menampilkan cara menikmati pertandingan kendati sempat mengalami kegagalan dalam memperoleh poin. Juara Australia Open 2019 itu juga tidak menyangka bisa menang dua gim atas Vittinghus.
“Sebenarnya [pukulan] saya juga sempat mati sendiri, tapi saya bisa kembali tenang. Beberapa kali dia coba menekan, namun tetap melakukan kesalahan sendiri. Kuncinya jangan buru-buru mau memenangkan pertandingan supaya tidak mati sendiri,” ujar Jojo. “Sebenarnya [pertandingan di Indonesia Open] tidak semakin mudah, saya kurang setuju dengan pernyataan ini. Mungkin saya lebih siap saja dengan status tuan rumah yang pendukung memihak kepada saya. Saya berharap dukungan suporter memberikan sesuatu yang positif buat saya,” ujarnya.
Mengenai kegagalan Anthony, Jojo menyebut rekan pelatnasnya tersebut kurang beruntung sama seperti unggulan pertama Kento Momota yang terhenti pada babak 16 besar. Anthony kalah dari tunggal putra Thailand, Kantapon Wangcharoen, dan Momota tumbang dari tunggal putra China, Huang Yu Xiang.
“Sebenarnya bukan hanya mereka [Anthony dan Momota], tapi banyak pemain bagus lain. Siapapun yang lebih siap di lapangan, bisa menang,” kata Jonatan atau yang akrab disapa Jojo kepada para awak media dalam konferensi pers usai pertandingan pada Kamis (18/7). “Mereka kurang beruntung lah, sebenarnya saya cukup menyayangkan kekalahan Ginting karena sempat unggul di set pertama. Tapi saya tetap fokus untuk pertandingan saya selanjutnya,” katanya menambahkan.
Tontowi Ahmad berharap ganda campuran tetap dapat menjadi andalan Indonesia. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc)
Jakarta, CNN Indonesia — Atlet badminton ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad menyesalkan junior-junior yang bertumbangan di Indonesia Open 2019.
Tontowi atau yang akrab disapa Owi, menyoroti kualitas sektor ganda sepeninggal Liliyana Natsir yang pensiun beberapa waktu lalu. Ia menyayangkan rekan-rekan sepelatnas yang kurang maksimal dalam mengendalikan emosi bermain di kandang sendiri.
Pada Indonesia Open 2019, ganda campuran Indonesia di babak perempat final hanya diwakili Owi yang berpasangan dengan Winny Oktavina Kandow.
“Harusnya seperti Hafiz Faisal/Gloria Emanuelle Widjaja, saya menilai mereka gugup dan merasa ingin menunjukkan kemampuannya sehingga mainnya berantakan. Seharusnya mereka bisa mengatasi itu [rasa gugup] bermain di kandang sendiri.”
“Harusnya setelah saya dan Butet itu mereka dan pasangan ganda campuran lain yang punya tanggung jawab [menorehkan prestasi],” kata Owi kepada para awak media di Istora Senayan.
Hafiz/Gloria yang merupakan unggulan keenam gugur di babak kedua lantaran kalah dari pasangan Malaysia, Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie dengan skor 21-15 dan 21-18.
Sedangkan Ronald/Annisa Saufika, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, dan Alfian Eko Prasetya/Marsheilla Gischa Islami, tumbang di babak pertama. Begitu pula dengan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang menjadi unggulan ketujuh.
Kini Owi/Winny menjadi tulang punggung untuk menyumbang gelar juara di sektor ganda campuran. Owi berharap dapat terus menjaga performa baik demi prestasi maupun untuk menjadi inspirasi bagi pemain-pemain yang lebih muda.
“Mereka harus termotivasi lihat saya. Yang sudah sering juara saja latihan semangat, harusnya terinspirasi. Kalau begitu [semangat latihan dan berprestasi], jadi bangga,” ucap Owi berapi-api.
“Mudah-mudahan bisa lebih baik untuk menunjukkan kualitas. Usia juga sudah tidak terlalu muda, jadi motivasi harus ditambah lagi,” katanya menambahkan.
Pada babak perempat final Indonesia Open 2019, Owi/Winny akan menghadapi pasangan ganda campuran asal Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying yang merupakan unggulan kelima. (map/ptr)
Jakarta, CNN Indonesia — Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan mengalahkan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe 21-15, 9-21, dan 22-20 pada babak perempat final Indonesia Open 2019 di Istora GBK, Jakarta, Jumat (19/7) siang WIB.
Ahsan/Hendra meraih tiga poin mudah di awal pertandingan. Tiga kali beruntun pasangan Jepang melepaskan pengembalian yang melebar. Pasangan veteran Indonesia itu terus berusaha menurunkan bola untuk meraih poin.
Endo/Watanabe berupaya melepaskan tekanan pada gim pertama dan beberapa kali meraih poin. Kendati demikian, jarak tiga angka terus terjaga berkat penampilan konsisten yang ditampilkan Ahsan/Hendra.
Selepas unggul 11-7, The Daddies terus berupaya menjauh dari kejaran pasangan Jepang yang tampil ngotot dengan terus mengejar bola. Jarak sempat menipis menjadi dua angka saja pada kedudukan 13-11.
Kegagalan menembus pertahanan Jepang membuat skor Ahsan/Hendra terhambat. Sebaliknya penempatan bola pasangan senior-junior dari Negeri Matahari Terbit cukup menyulitkan. Skor pun sempat imbang 14-14.
Selepas itu, Ahsan/Hendra kembali mendulang poin demi poin dan membuat skor menjadi 18-14. Endo/Watanabe sempat menambah satu poin sebelum jagoan tuan rumah menyudahi gim pertama dengan skor 21-15 dalam durasi 15 menit.
Untuk kali pertama dalam pertandingan perempat final ini Ahsan/Hendra tertinggal pada kedudukan 1-2 di gim kedua. Reli panjang sempat terjadi sebelum Watanabe memotong bola dan membuat Ahsan/Hendra tertinggal 1-4. Jarak tiga angka sempat melebar menjadi empat pada kedudukan 3-7.
Permainan ofensif yang ditampilkan Endo/Watanabe menyulitkan Hendra/Ahsan untuk berkembang. Juara Dunia 2015 itu tertinggal 5-11 pada interval gim kedua.
Usaha Ahsan/Hendra untuk bangkit dan meraih poin belum berhasil dan jarak separuh poin sempat tercipta, 7-14. Jarak yang jauh membuat Ahsan/Hendra berpaya bermain bertahan dan memberi bola-bola panjang ke belakang untuk lawan.
Strategi tersebut tidak berjalan mulus. Dibarengi dengan pengembalian yang tidak akurat, Ahsan/Hendra kian tertinggal dan harus mengakui keunggulan lawan dengan skor 9-21 pada gim kedua yang berlangsung 18 menit.
Smes Ahsan yang menyangkut membuka poin pasangan Jepang pada gim penentuan. Sempat tertinggal 1-2, Ahsan/Hendra berhasil berbalik memimpin 4-2.
Keunggulan Ahsan/Hendra melebar menjadi 6-3 dan 8-4. Skor 11-4 menjadi penanda jeda sejenak di tengah-tengah gim ketiga.
Setelah berpindah lapangan, pasangan Jepang baru berhasil menambah angka. Ahsan/Hendra tidak lengah dan kembali berupaya menyerang.
Selepas unggul 13-5, perolehan poin Ahsan/Hendra tersendat dan sebaliknya bagi Endo/Watanabe. Tiga poin beruntun untuk Endo/Watanabe dibayar tuntas dengan tiga poin tanpa jeda dari Ahsan/Hendra, skor 16-8.
Tertinggal delapan poin, Endo/Watanabe pantang menyerah dan membuat skor imbang 19-19. Smes melebar Hendra membuat pasangan Indonesia tertinggal 19-20. Skor sempat imbang 20-20.
Ahsan/Hendra kemudian berhasil memenangi pertandingan dengan skor 22-20 dan memastikan langkah ke semifinal menghadapi pemenang dalam laga antara Fajar Alfian/M Rian Ardianto dan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.
Neymar masih diincar Barcelona. (REUTERS/Stephane Mahe)
Jakarta, CNN Indonesia — Barcelona kembali berupaya merayu Paris Saint-Germainuntuk melepas Neymar dengan harga di bawah keinginan klub Prancis tersebut, namun kini dengan iming-iming beberapa pemain.
Transfer Neymar masih belum menemui titik terang. Keinginan PSG menjual pemain Brasil itu dengan harga tinggi menjadi salah satu penyebab.
Kini Barcelona kembali berupaya bernegosiasi dengan PSG untuk mewujudkan reuni Neymar dengan Lionel Messi dan Luis Suarez.
Seperti dikabarkan Skysport, harga yang ditawarkan Barcelona hanya mencapai 90 juta poundsterling atau lebih rendah 110 juta poundsterling dari harga yang diinginkan klub penguasa Ligue 1 itu.
Dengan harga tersebut, Barcelona menawarkan enam pemain untuk Les Parisiens. Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, Ivan Rakitic, Nelson Semedo, Malcom, dan Samuel Umtiti adalah pemain yang ditawarkan Barcelona untuk PSG.
Dari enam pemain tersebut, PSG hanya boleh memilih dua pemain saja untuk melengkapi penawaran transfer senilai 90 juta poundsterling yang diajukan.
Neymar disebut telah mengumumkan keinginan untuk pindah secara langsung ke PSG pada Selasa lalu. Sementara pelatih Thomas Tuchel mengetahui Neymar sudah mendambakan bergabung ke klub baru sebelum Copa America 2019.
Sementara direktur olahraga PSG Leonardo menyebut hanya akan menjual Neymar dengan harga yang pas.
Hingga kini Neymar masih mengikuti sesi pramusim PSG dan pihak klub masih berupaya meyakinkan mantan kapten timnas Brasil itu untuk bermain bersama Kylian Mbappe dan Edinson Cavani.
Kendati belum juga pindah hingga saat ini, agen Neymar begitu yakin mantan pemain Santos itu akan kembali mengenakan seragam Barcelona tim pada musim mendatang.
Selain melakukan kontak dengan Barcelona, pihak Neymar juga disebut menjajaki kemungkinan bergabung ke klub lain seperti Manchester United, Juventus, Real Madrid, dan Bayern Munchen. (nva/ptr)